ulfah halimatu sadiah

Senin, 12 Maret 2012

Batik daerah Indonesia

Batik Daerah Indonesia
Salah satu kekayaan yang dapat kita jumpai yang merupakan ciri khas dari etnis dan suku bangsa yang ada di Indonesia adalah kain batik. Batik dapat kita jumpai hampir diseluruh daerah di Indonesia dan masing-masing batik tersebut memiliki corak dan keunikan tersendiri yang menjadi ciri khas dari daerah tersebut. Berikut ini adalah beberapa batik khas daerah di Indonesia.


1. Batik Aceh
Batik Aceh mengeluarkan warna-warna yang cenderung berani, merah, hijau, kuning, merah muda. Biasanya motif batik Aceh yang tertera pada kain melambangkan falsafah hidup masyarakatnya. Motif pintu misalnya, menunjukkan ukuran tingi pintu yang rendah. Motif tolak angin menjadi perlambang banyaknya ventilasi udara di setiap rumah adat, motif ini mengandung arti bahwa masyarakat Aceh cenderung mudah menerima perbedaan.

Motif bunga jeumpa-bunga kantil, diambil karena banyak terdapat di aceh. Kuatnya pengaruh islam juga turut mewarnai motif-motif batik diantaranya ragam hias berbentuk sulur, melingkar, dan garis.

2. Batik Bengkulu: Kain Besurek, Batik Kanganga (Batik Rejang Lebong)
Kain Besurek memiliki motif khas yang bernuansa kaligrafi Jambi dan Cirebon. Adopsi ini akhirnya membentuk sebuah desain batik khas Bengkulu. Batik Kanganga memiliki motif khas yaitu berupa huruf asli Rejang.

Motif kain besurek yang bertuliskan huruf arab yang dapat dibaca, kain ini sangat sakral, terutama pada pemakaian kain upacara adat pengantin dan untuk menutupi mayat. Kain jenis ini biasanya berbentuk kerudung wanita calon pengantin yang digunakan untuk upacara ziarah ke makan para leluhur. Kain jenis ini tidak boleh dipergunakan secara sembarangan.

3. Batik Jambi : Batik Kerinci (daerah Barat Jambi)
Kain dasar batik Jambi diberi pewarna alami dari tanaman dan buah-buahan seperti getah kayu dan saga. Warna khas : merah, kuning, biru, hitam. Motif batik Jambi pada umumnya diambil dari alam, seperti tumbuhan, hewan dan aktivitas sehari-hari warga Jambi.
Motifnya satu-satu atau biasa disebut ceplokan. Motif batik Jambi yang sangat terkenal adalah motif kapal sanggat, kuau berhias, durian pecah, merak ngeram, tampok manggis.

4. Batik Padang
Warna batik Padang kebanyakan hitam, kuning, merah, ungu. Polanya Banyumasan, Indramayuan, Solo, Yogya.

5. Batik Riau
Di Riau ada batik Batik Selerang yang sayangnya kabarnya sudah menghilang dan Batik Tabir. Batik Tabir warnanya lebih terang dan cerah seperti merah, kuning, hijau. Corak dan motif batik Riau adalah bunga bintang, sosou, cempaka, kenduduk

Jawa Barat

1. Batik Ciamis
Untuk motif Batik Ciamis adalah campuran dari batik Jawa Tengah dan pengaruh daerah sendiri terutama motif dan warna Garutan.

2. Batik Cirebon
Di Cirebon terdapat Batik Pesisiran, Batik Keratonan dan Batik Trusmi. Warna kain secara garis besar cerah dan ceria, merah, pink, biru langit, hijau pupus. Warna batik tradisional terpusat pada tiga warna yaitu krem, hitam, dan cokelat. Batik Keratonan biasanya berwarna coklat soga atau keemasan.
Batik Pesisir dipengaruhi oleh budaya Cina. Motifnya lebih bebas, melambangkan kehidupan masyarakat pesisir yang egaliter. Motifnya banyak ditandai dengan gambar flora dan fauna seperti binatang laut dan darat, ikan, pepohonan, daun daunan. Batik Pesisiran : Batik bethetan Kedung Wuni Pekalongan, Motif Sarung Cirebonan, Bethetan Demak.

Batik keraton dipengaruhi oleh Hindu dan Islam. Motifnya cenderung berupa batu-batuan (wadas), kereta singa barong, naga seba, taman arum dan anyam alas. Batik Keratonan: Motif Ganggang .
Dua motif Cirebon yang terkenal adalah Corak Singa Wadas dan Mega Mendung. Motif Singa Wadas adalah corak resmi kesultanan Cirebon (Kasepuhan) yang memperlihatkan bentuk Singa Barong dari keraton Kasepuhan. Motif ini kental dengan warna coklat, hitam dan krem.

Motif Mega Mendung yang tidak ditemui di daerah lain, yaitu motif berbentuk awan yang bergumpal-gumpal yang biasanya membentuk bingkai pada gambar utama. Motif ini mendapat pengaruh dari keraton-keraton di Cirebon. Motif ini kaya akan warna merah, biru, violet, dan keemasan.

3. Batik Garut atau Garutan
Warna cerah dan penuh pada sisi lainnya, menjadi ciri khas batik Garutan. Didominasi warna dasar krem atau gading (gadingan), biru, dan soga agak merah. Adanya warna ungu pada corak / desain batik garutan.
Motif batik Garutan adalah Limar, Merak Ngibing yang menggambarkan sepasang burung merak sedang menari. Kemudian ada corak bulu ayam yang memperlihatkan ekor ayam yang panjang dan dilengkung setengah lingkaran. Selain itu, ada juga lereng adumanis, lereng suuk, lereng calung, lereng daun, cupat manggu, bilik, sapu jagat, lereng peteuy dan lainnya. Motif-motif yang dihadirkan berbentuk geometrik sebagai ciri khas ragam hiasnya. Bentuk-bentuk lain dari motif batik Garut adalah flora dan fauna. Bentuk geometrik umumnya mengarah ke garis diagonal dan bentuk kawung atau belah ketupat.

4. Batik Indramayu: Batik Dermayon, Batik Paoman
Awalnya Batik Paoman hanya memiliki dua warna, yakni warna kain dan warna motif. Warna motif pun masih tradisional, seperti biru tua atau coklat tua. Kini warna-warna pada Batik Paoman lebih beragam. Ciri yang menonjol dari Batik Indramayu adalah ragam flora dan fauna diungkap secara datar, dengan banyak lengkung dan gari-garis yang meruncing (riritan), latar putih dan warna gelap dan banyak titik yang dibuat dengan teknik cocolan jarum, serta bentuk isen-isen (sawut) yang pendek dan kaku. Motif wadasan, iwak ketong, parang rusak.

Motif-motif batik di Indramayu, banyak mendapat pengaruh besar dari gambar atau kaligrafi dari kawasan Arab, Cina atau daerah Jawa Tengah/Jawa Timur. Mayoritas motif batik yang digunakan pada Batik Indramayu menggambarkan kegiatan nelayan di tengah laut.



Beberapa motif batik yang mencirikan motif Batik Pesisir khas Indramayu di antaranya adalah Etong (ikan, udang, cumi, kepiting, dll), Kapal Kandas, Ganggeng (ganggang laut), Kembang Gunda (tumbuhan yang hidup di pinggir pantai), dan Loksan. Motif batik khas Indramayu juga ada yang menggambarkan kegiatan sehari-hari seperti Motif Swastika, Motif Merak Ngibing, Motif Kereta Kencana, dan Motif Jati Rombeng.
Ragam hias geometris pada Batik Indramayu, antara lain: banji, kembang kapas, sijuring, pintu raja, obar-abir dan kawung.

5. Batik Sumedang atau Batik Kasumedangan
Dengan warna kain merah, motif batik Kasumedangan yaitu berpola ceplokan motif utama pada latar vertikal, horisontal atau polos, dan menemukan makna-makna simbolis dari motif-motif tersebut.

6. Batik Tasikmalaya : Batik Tasikan, Batik Karajinan (Wurug), Batik Sukaraja/Sukapura (Batik tulis khas tasikmalaya)
Warna dasar kain merah, kuning, ungu, biru, hijau, orange dan soga. Dan warnanya cerah namun tetap klasik dengan dominasi biru. Batik Sukapura : berciri khas warna merah, hitam, coklat.
Motifnya kental dengan nuansa Parahyangan seperti bunga anggrek dan burung, selain itu ada juga motif Merak-ngibing, Cala-culu, Pisang-bali, Sapujagat, Awi Ngarambat.

Batik Tasik memiliki kekhususan tersendiri yaitu bermotif alam, flora, dan fauna. Batik Tasik hampir sama dengan Batik Garut hanya berbeda dari warna, Batik Tasik lebih terang warnanya.

Oh iyah, di Banten juga ada batiknya sendiri. Hampir saja saya terlupakan untuk menjelaskannya.

7. Batik Banten
Motif khas Banten yaitu motif datulaya, dasar belah ketupat berbentuk bunga dan lingkaran dalam figura sulur-sulur daun dengan warna dasar biru, variasi motif pada figura sulur-sulur daun berwarna abu-abu pada dasar kain warna kuning. Sebenarnya ada 75 ragam hias batik Banten tang berbentuk tumpal dan belah ketupat, namun sekarang hanya 12 motif yang diproduksi yaitu : datulaya, pamaranggen, pasulaman, kapurban, pancaniti, mandalikan, pasepen, surasowan, kawangsan, srimanganti, sabakingking, dan pejantren.
Datulaya berasal dari kata Datu dan Laya. Datu berarti pangeran dan Laya adalah tempat tinggal.

8. Batik Madura
Batik Madura, tak lagi terdengar asing di telinga. Performa batik asal Pulau Garam itu, kini relatif sejajar dengan karya batik-batik lain yang ada di tanah air. Tak kalah dengan batik asli Yogyakarta atau Solo, ketenaran batik Madura pun telah tersebar ke seluruh penjuru nusantara. Bahkan ke beberapa belahan dunia lain. Diakui berbagai kalangan, Batik Madura memiliki eksotika tersendiri. Ciri khas batik pesisir dengan warna-warna berani serta motif atau corak bebas yang begitu kentara tertuang pada kain seolah merefleksikan karakter masyarakat lokal Madura.

Motif khas atau tradisional Madura yang banyak dicari pendatang adalah golongan batik tulis yang dikenal dengan nama Batik Genthongan. Di sebut genthongan karena pada proses pewarnaannya dilakukan dengan merendam kain batik yang telah digambar ke dalam wadah gentong selama dua bulan. Setelah direndam, lembaran batik tersebut kemudian disikat. Selain untuk membersihkan malam yang tersisa, juga agar warna lebih awet melekat pada kain. Melalui proses ini maka batik ini bisa berusia hingga puluhan tahun lebih dengan warna tetap. Dikarenakan proses pembuatan batik tulis yang rumit ini, maka Batik Genthongan Madura biasa dijual dengan harga yang cukup mahal, bahkan bisa mencapai jutaan rupiah.

Berbicara hal warna, Batik Madura mempunyai pilihan warna yang khas yang juga menjadi cirinya. Warna-warna ini berasal dari bahan-bahan alam, atau dikenal dengan sebutan soga alam. Warna Merah berasal dari Mengkudu dan Tingi. Warna Biru berasal dari Daun Tarum. Sedangkan warna Hijau bersumber dari kulit Mundu ditambah Tawas. Warna terang dan gelap yang muncul pada kain batik berdasar waktu perendaman. Makin lama direndam, makin pekat warna yang dihasilkan.

Kecamatan Tanjung Bumi, yang berjarak sekitar 50 kilometer dari pusat kota Kabupaten Bangkalan, Madura, adalah salah satu kawasan yang dijadikan sentra pembuatan dan penjualan Batik Tulis Madura. Namun di kawasan sentra batik ini ada sebuah budaya yang dikenal dengan budaya ketuk pintu. Karena rumah-rumah pembuat batik ini tidak memasang tanda sebagai rumah batik, maka calon pembeli yang berminat harus mengetuk pintu rumah sang pembuat batik untuk bisa bertamu kemudian melihat sendiri proses pembuatan batik dan menentukan batik pilihannya.

9. Batik dan Ulos Sumatra Utara
Kekayaan motif dan kain Sumatra Utara ternyata masih minim diberdayakan oleh perajin kain di Sumut. Ekspansi kain songket asal Palembang dan Padang, serta kain batik dari Jawa belum bisa diimbangi oleh produk-produk sejenis asal Sumut sendiri.

Untuk itulah Edy Gunawan, perajin batik tulis dan cap khas Sumut berupaya mengangkat motif dan desain kain lewat batik yang kini sudah sangat populer di masyarakat.

"Produk batik itu kan memang dari Jawa, namun untuk motif bisa dari daerah mana saja. Maka dari itu kita buat batik motif Medan agar jangan hilang kekayaan motif dan desain Sumut yang sangat beragam itu," ujar Edy, saat ditemui di bengkel batik tulisnya di Medan Tembung, hari ini.

Dia mengatakan usaha batik ini dirintis sejak 2008 lalu oleh mertuanya Dra Nur Cahaya Nasution yang dulunya adalah pensiunan PNS yang kemudian merambah dunia batik lewat pelatihan yang diselenggarakan oleh Disperindak Medan.

Awalnya usaha mereka dibantu oleh 9 orang perajin yang merupakan ibu-ibu dari sekitar rumahnya yang telah diajari membatik. Seperti motif Melayu seperti pucuk rebung, semut beriring, itik pulang petang. Kemudian motif Toba ada desanawalu, gorga sitompi.
Batak Mandailing ada motif mataniari. Mereka juga mengajarkan motif asal Simalungun di antaranya pahupa pahupa tundal, dan juga motif asal Nias yakni niosolapiga dan niogama.

Beragamnya motif dan desain kain yang bisa dibuat dalam batik membuat Edy terus membuat inovasi dan modifikasi dalam batik tulisnya. Hal ini dilakukan agar konsumen bisa lebih ringan memakainya menjadi pakaian semi resmi atau resmi.

Sebab, tidak jarang pemakai batik dengan motif adat agak sungkan jika lintas etnis. Oleh karena itu Edy berusaha untuk membuat batik dengan motif yang lebih ringan dan memodifasinya dengan motif-motif yang lebih sederhana.

"Motif yang dimodifikasi hasil batik tulis kami pernah memenangkan lomba desain batik Depdiknas 2010 lalu di Bandung. Dari 33 peserta yang mayoritas dari Jawa kita bisa meraih posisi Harapan II," ujarnya.

Motif modifikasi yang mengikuti lomba tersebut sempat mau dibeli dengan harga tinggi oleh salah seorang dewan juri karena motifnya yang unik, yakni berdasar kain warna hitam dengan paduan 6 motif etnik Sumut. Namun oleh Edy hal itu ditolaknya karena ia ingin menyimpan kain tersebut sebagai kenang-kenangan

Kendati Ulos Batak belum banyak diperkenalkan dalam dunia fashion, perancang busana dari Jakarta Merdi Sihombing (42), akan membuat terobosan baru dengan membangun ‘perkampungan ulos’ di Pangururan, Sumatera Utara.

“Sejak dulu, nenek moyang suku Batak sudah lama mengenal kain tenun ikat sejenis sutra yang disebut Sintara. Kualitasnya, tidak jauh berbeda dengan songket Palembang yang ada sekarang ini,” ujar Merdi.

Desain yang dikembangkannya, merupakan hasil penggalian ornamen Batak lama yang unik.

Merdi mengatakan hingga kini motif baru tetap dicarinya. Namun, cirinya tidak diubah. “Hanya saja, benangnya menggunakan pewarna alami. Dengan demikian, lebih ramah lingkungan”.

Umumnya setiap acara pesta, kaum ibu di kota besar lebih senang memakai songket Palembang. Padahal, harganya jauh lebih mahal. Sehingga, hanya mampu dibeli kalangan tertentu saja, katanya.

“Songket Batak, bisa menjadi alternatif untuk alasan ekonomis”, tambahnya.

Saat ini, kata Merdi harga ulos di pasaran dari puluhan ribu hingga jutaan Rupiah. Sedangkan kalau sudah dimodifikasi menjadi songket, bisa menjadi beberapa kali lipat. Dengan nilai jual semakin tinggi, akan meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan perajin di daerah.

Ia mengisahkan dirinya telah banyak melakukan jelajah di berbagai daerah, mengumpulkan referensi. Eksistensi tenunan khas Batak ini, akan dipertahankannya. Perwujudan pengembangan yang dilakukan, jelas untuk mensejajarkan ulos dengan songket Palembang.

Kadis Pariwisata Samosir, Melani Butarbutar menambahkan, Pemkab Samosir sangat mendukung kegiatan positif seperti dilakukan Merdi.

“Terobosan tersebut, tentu akan mengundang daya tarik wisata. Perkembangan secara umum, tentunya membantu ekonomi perajin”, tuturnya.

Kabag Humas Pemkab Samosir, Naibaho. Melalui Dinas Koperindag, berbagai bantuan menunjang industri ulos telah diberikan. Dalam lima tahun terakhir, pihaknya telah melakukan berbagai kegiatan dan pelatihan.

Ulos Mesa
Ulos dengan tenun mesin serta motif gatip yang dicetak sablon ini sungguh spektakuler dari pandangan kreatifitas modern.

PARTUNGKOAN menyebut ulos ini ULOS MESA (MEsin dan SAblon). Moderator menerima dari seorang pedagang ulos berusia muda dan menyatakan cinta dengan kreasi tradisional ulos batak. Ketika seorang distributor ulos mengedarkan ulos itu padanya, dia terkejut dan enggan menjual dan memberikan untuk menjadi pengamatan para tokoh pencinta budaya khususnya seni ulos batak

Awam ulos, ingin ulos asli harus hatihati karena sepintas tidak mudah mengenali Ulos Asli dengan MESA.

Para penenun tradisional menganggap para kapitalis telah memasuki area mereka dan merupakan ancaman kehidupan petenun tradisional.

Raja Bilher Marpaung, menanggapi ini suatu pelesetan nilai seni tenun dan menghilangkan kepandaian “manggatip”.

Hal seperti ini sebaiknya dilakukan untuk bahan kain hiasan, sarung modern dan asesori yang banyak diminati suku lain yang bukan untuk pakaian adat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar